Thursday, February 21, 2013

Sejarah Singkat Ejaan Bahasa Indonesia

Sejak dijadikan bahasa nasional, bahasa pengantar, dan bahasa resmi, bahasa Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahaan ejaan. Ejaan tersebut ialah Ejaan Van Ophuysen, Ejaan Republik atau Ejaan Suwandi, dan Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.
Pada tahun 1901 lahirlah Ejaan Van Ophuysen. Ejaan ini berlandaskan aturan ejaan Melayu dengan huruf Latin yang dirancang oleh Charles Adrian Van Ophuysen dengan bantuan Engku Nawawi gelar St. Makmur dan Muhammad Taib Soetan Ibrahim. Waktu itu, usaha ke arah penyempurnaan ejaan mulai dirintis. Hal itu terbukti dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1983 di Solo. Kongres menyarankan agar ejaan lebih diinternasionalkan. Selanjutnya, pada tahun 1947, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Ejaan Republik sebagai ejaan resmi. Penetapan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 19 Maret 1947. Ejaan ini merupakan penyederhanaan ejaan terdahulu.
Misalnya: badjoe menjadi badju.
        tjoetjoe menjadi tjutju.
Kongres Bahasa Indonesia ke-2 diadakan pada tahun 1945 di Medan. Pada kongres tersebut, selain dibicarakan asal-usul bahasa Indonesia juga dibicarakan penyusunan peraturan ejaan yang praktis bagi bahasa Indonesia. Pada tahun 1956 dibentuklah panitia Priyono-Katopo. Panitia itu berhasil merumuskan patokan-patokan baru. Rumusan tersebut melahirkan Ejaan Melindo (Melayu Indonesia), ejaan yang berdasarkan konsep perjanjian persahabatan antara Persekutuan Tanah Melayu dan Indonesia dengan usaha mempersamakan kedua bahasa tersebut, tetapi perkembangan ejaan ini terhenti karena situasi politik, Selanjutnya, pada tahun 1967 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengesahkan panitia Ejaan Bahasa Indonesia dengan tugas menyusun konsep penyempurnaan ejaan.
Pada tahun 1967, Ketua Gabungan V Komando Operasi Tertinggi (KOTI) mengeluarkan surat tanggal 21 Februari 1967. Surat tersebut berisi rancangan peraturan ejaan terdahulu yang dipakai oleh tim KOTI sebagai pembicaraan dengan Malaysia tentang Ejaan Bahasa Indonesia dan Ejaan Malaysia. Pembicaraan tersebut diadakan di Jakarta tahun 1966 dan Kualalumpur tahun 1967. Rancangan tersebut baru dikeluarkan bersama oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mashuri) dan Menteri Pelajaran Malaysia (Husen On). Rancangan tersebut dipakai sebagai bahan pengembangan bahasa nasional kedua negara itu. Selanjutnya, rancangan itu diseminarkan pada tahun 1972 di Puncak dan diperkenalkan kepada masyarakat/setiap departemen dan ditetapkan tanggal 20 Mei 1972. Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1972 hasil seminar tersebut diresmikan menjadi EYD. Kata badju misalnya, dalam EYD ditulis baju dan tjutju menjadi cucu hingga saat ini.

Sumber: Buku, "KAIDAH DAN PELATIHAN BAHASA INDONESIA BAHAN AJAR MATA KULIAH UMUM BAHASA INDONESIA" (halaman: 1-2), TIM LIMA: PUSAT BAHASA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DTAJI BANDUNG.

Read more →

Ulangan Fiqih 2013


Read more →

Monday, November 14, 2011

Soal Bahasa Indonesia

Jawablah Pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!

Read more →

Soal Fiqih


Read more →

Sunday, November 13, 2011

Latihan TIK

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar!
Selamat mengerjakan

Read more →

Monday, May 2, 2011

Pengamatan Siklus Hidup Lalat Buah


Oleh : Chintianeu Restu Alumni Al-Huda ( UIN SGD Bandung, Jurusan Bilogi)
Tanggal Praktikum   :  11 April 2011
Tujuan Praktikum    :
·         Melakukan pengamatan siklus hidup Drosphila
·         Membedakan stadia telur – larva – pupa – imago
Dasar Teori
            Lalat buah adalah organisme yang memiliki ciri yang sudah dikenal dan sesuai untuk penyelidikan genetika karena mudah berkembang biak dan memiliki siklus hidup singkat. Sepasang lalat buah dapat menghasilkan 300-400 butir telur. Siklus hidup drosophila terdiri atas stadium telur, larva, pupa, dan imago. Telur Drosophila sp. Telur Drosophila berukuran kira-kira 0,5 mm berbentuk lonjong, permukaan dorsal agak mendatar, sedangkan permukaan ventral agak membulat. Pada bagian anterodorsal terdapat sepasang filament yang fungsinya yang melekatkan diri pada permukaan, agar telur tidak tenggelam pada medium. Pada bagian ujung anterior terdapat lubang kecil yang disebut micropyle, yaitu tempat masuknya spermatozoa. Telur yang dikeluarkan dari tubuh biasanya sudah dalam tahap blastula. Dalam waktu 24 jam telur akan menetas menjadi larva. Larva yang menetas ini akan mengalami 2 kali pergantian kulit, sehingga periode stadium yang paling aktif. Larva kemudian menjadi pupa yang melekat pada permukaan yang relative kering, yaitu pada dinding botol kultur atau pada kertas saring. Pupa akan menetas menjadi imago setelah berumur 8-11 hari bergantung pada spesies dan suhu lingkungan. (http://supportme5.wordpress.com/2009/12/08/siklus-hidup-dan-determinasi-lalat-buah-drodophila-sp/)
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom         : Animalia
Phyllum           : Arthropoda
Kelas               : Insecta
Ordo                : Diptera
Famili              : Drosophilidae
Genus              : Drosophila
Spesies            : Drosophila melanogaster
Lalat buah dan Artrophoda lainnya mempunyai kontruksi modular, suatu seri segmen yang teratur. segmen ini menyusun tiga bagian tubuh utama, ayitu; kepala, thoraks, dan abdomen. seperti hewan simetris bilateral lainnya, Drosophila ini mempunyai poros anterior dan posterior (kepala-ekor) dan poros dorsoventral (punggung-perut). Pada Drosophila, determinan sitoplasmik yang sudah ada di dalam telur memberi informasi posisional untuk penempatan kedua poros ini bahkan sebelum fertilisasi. setelah fertilisasi, informasi dengan benar dan akhirnya akan memicu struktur yang khas dari setiap segmen.
Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur – larva instar I – larva instar II – larva instar III – pupa – imago.
Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan.
Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa.
Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari. Telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di anteriornya terdapat dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut.
Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan menggali dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada trakea, terdapat sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan posterior.
Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk mencapai ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas dengan kecepatan makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva disebut instar. Instar pertama adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan berhenti bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada Drosophila, destruksi sel-sel larva terjadi pada prose pergantian kulit (molting) yang berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar : dari larva instar 1 ke instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan dari pupa ke imago.
Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika terdapat banyak saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung baik. Larva yang dewasa biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas tissue dalam botol. Dan disini larva akan melekatkan diri pada tempat kering dengan cairan seperti lem yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk pupa.
Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva berganti menjadi lalat dewasa.
Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan dorman yang sama seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult (sebelum dewasa) disebut anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah untuk perkembangan luar dari anlagen ke bentuk dewasa.
Dewasa pada Drosophila melanogaster dalam satu siklus hidupnya berusia sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari lalat buah jantan.
Pada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke dalam telur. Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan pronuleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio. (http://biologi-news.blogspot.com/2010/10/siklus-hidup-lalat-buah-drosophila.html)

Alat dan Bahan
Alat
Bahan
Botol kultur yang berisi medium APRG
Drosophila
Mikroskop

Lip

Kuas kecil


Cara Kerja
Masukkan lalat Drosophila hasil tangkapan ke dalam botol kultur

Amati perubahan yang terjadi pada medium. Cata saat terjadi telur – larva – pupa – imago

Pengamatan dilakukan secara periodic




Hasil Pengamatan
No
Hari/ tanggal
Jam
Perubahan
Keterangan
Gambar
1
Senin
11-04-11
12.00
Belum ada
Jumlah masih tetap

2
Selasa
12-04-11
18.00
Ada
Mati 3 ekor, larva belum muncul

3
Rabu
13-04-11
18.00
Ada
Mati 3 ekor, larva belum muncul

4
Kamis
14-04-11
18.00
Ada
Mati 4 ekor, mulai ada larva

5
Jum’at
15-04-11
18.00
Ada
Mati 1 ekor dan muncul 6 larva

6
Sabtu
16-04-11
18.00
Ada
Mulai menjadi Pupa
DSC01147.JPG
7
Minggu
17-04-11
18.00
Ada
Pupa
DSC01148.JPG
8
Senin
18-04-11
07.00
Ada
Dewasa
DSC01149.JPG

Read more →